"Iya dok. Kami orang tua Ryan. Bagaimana keadaan anak kami dok?"
Kemudian dokter itu menjelaskan penyakit yang dialami Ryan kepada orang tua Ryan. Betapa terkejutnya orang tua Ryan mendengar apa yang disampaikan dokter tersebut. Mama Ryan menangis sejadi-jadinya di pelukan papa Ryan.
Ketika membuka mata, Ryan lupa segalanya yang terjadi. Yang terakhir dia ingat adalah ketika dia sedang menunggu jemputan di sekolah dan setelah itu semuanya gelap. Kini Ryan terbangun dan menyadari sekarang dirinya sudah berada di tempat tidurnya dengan selimut tebal menyelimuti tubuhnya. Ryan masih bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya.
"Mama! Mama!" Teriak Ryan bermaksud memanggil mamanya. Tapi panggilannya itu tak mendapatkan respon. Ryanpun bangkit dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya keluar kamar. Ryan merasakan hari itu di rumahnya serasa sepi sekali. Seperti tidak ada kehidupan di rumahnya yang seperti istana itu. Hanya suara cipratan air kolam yang terdengar, itupun hanya di sekitar ruang keluarga dan ruang makan.
Ryan menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan menyalakan TV 40 inch miliknya. Film kartun kesukaannya Tom & Jerry sedang diputar. Sedang asyik nonton tiba-tiba terdengar suara hp Ryan berdering. Dilihat layar hpnya itu tertampang sebuah nama bertuliskan Fina memanggil. Tapi panggilan itu tidak dipedulikan oleh Ryan.
Fina adalah pacar Ryan. Fina adalah adik kelas Ryan di sekolah. Hubungan mereka sudah berlangsung selama 1 tahun lebih. Ryan begitu menyayangi Fina. Begitu juga Fina. Ryan dan Fina terlihat serasi ketika jalan berdampingan. Baik menggunakan pakaian bebas atau seragam SMA mereka. Ryan menyatakan cinta pada Fina ketika Fina sedang di Orientasi sebagai siswa baru. Sekolah mereka memang dari SD-SMP-SMA jadi satu. Sehingga mereka sudah saling kenal sebelumnya karena memang Fina dan Ryan dari SMP yang sama juga.
"Kamu kenapa kok gak masuk sekolah? Sakit?" Sebuh pesan singkat yang dibaca Ryan di hpnya. Tapi ia tak menanggapi. Tak seperti biasanya Ryan bersikap begini kepada Fina. Tiba-tiba kepala Ryan pusing lagi. Dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan tidur lagi.
Makan malam tiba. Ryan dan orang tuanya makan bersama di meja makan kebesaran keluarganya tersebut. Setelah selesai makan Ryan membuka pembicaraan. "Mah. Pah. Kemarin aku kenapa sih? Kok gak inget apa-apa?"
Papa dan mama Ryan saling pandang dan raut wajah mereka berubah menjadi sedih. "Gak ada apa-apa kok nak." Mereka seperti menyembunyikan sesuatu. "Yan, besok kamu gak usah sekolah dulu ya? Sehatin dulu badan kamu." Sambung papa Ryan.
"Iya pah." Jawab Ryan singkat dan Ryan langsung beranjak dari meja makan ke kamarnya. Sebetulnya dia paling malas kalau disuruh berdiam diri di rumah. Dia merasa sangat kesepian, dan hanya di sekolahlah dia dapat tertawa dengan teman-temannya. Tapi, mau bagaimana lagi keadaan gak memungkinkan untuk besok sekolah. Ya udah terima nasib.
Pagi harinya Ryan terbangun jam sepuluh pagi. Dia tau pasti rumahnya sudah sepi tidak ada kehidupan seperti biasanya. Papanya bekerja dan mamanya senam aerobik. Karena gak taumau ngapain lagi, Ryan iseng melangkahkan kakinya ke kamar orang tuanya. Di kamar yang luas itu Ryan duduk di depan sebuah lemari rias dan menarik lacinya. Dia menemukan amplop putih. Dia penasaran dengan surat tersebut. Di depan amplop tertera nama rumah sakit Setiabudi yang tempo hari ia dirawat. Dibukalah amplop tersebut. Betapa terkejutnya Ryan melihat isi surat itu.
Inti dari surat yang dia baca: Ryan terjangkit penyakit kanker otak. Dan umurnya tinggal SATU BULAN.
Ryan tidak percaya atas apa yang baru dibacanya. Tubuhnya seketika menjadi lemas dan amplop yang dipegangnya tadi kini tergeletak di atas lantai. Ryan terlamun beberapa saat sebelum akhirnya dia tersadar dengan bunyi bel rumahnya. Segera Ryan mengambil surat itu tadi dan menyimpannya dalam lemari bajunya.
Sebuah kamera berlabel Cannon sekarang ada ditangannya. Dia mengamati fotonya bersama pacarnya sepekan lalu ketika sedang berlibur ke Ancol. Wajah mereka begitu ceria dalam foto itu. Dan Ryan kini menyadari bahwa semua kenangan selama ini bersama Fina akan lenyap. Tak lama lagi Ryan akan meninggalkan semuanya untuk selama-lamanya. Tak sadar air matanya kini sudah menetes membasahi pipinya.
Pagi hari ini Ryan sudah siap berangkat ke sekolah. Kemudian dia berangkat mengendarai mobil Mercedes pemberian ayahnya. Di sekolah Ryan memang menjadi pria idaman gadis-gadis. Teman sebaya, adik kelas, hingga kakak kelas banyak yang mengaguminya. Ryan orangnya tampan, kaya, baik, dan dia orangnya kalem. Di sekolah dia hampir tidak memiliki musuh. Semua orang kenal dia. Termasuk guru-guru.
Tapi kini semuanya berbeda Ryan yang biasanya periang jika berkumpul dengan teman-temannya kali ini dia hanya termenung. Selalu saja melamun. Teman-temannya heran dengan sikapnya. Guru-gurupun juga begitu, di kelas Ryan hanya melamun menatap bunga-bunga yang terlihat dari celah jendela kelasnya.
'Kring.......!!!' Bel yang menandakan pulang sekolah sudah berdering. Ryan langsung buru-buru keluar kelas dan menuju kelas Fina. Begitu Ryan melihat Fina keluar kelas dia langsung menarik lengan Fina. Fina yang kaget melihat pacarnya bersikap aneh itu hanya terdiam.
"Aku anter kamu pulang ya Fin? Ada sesuatu yang mau aku omongin juga." Kata Ryan sambil berjalan ke arah mobilnya. Dibukakannya pintu untuk Fina. Kemudian mobil mewah itu tancap gas. Ternyata Ryan tidak mengantarkan Fina pulang tapi mereka mampir ke sebuah danau yang di sekelilingnya ditumbuhi pepohonan yang rindang, sehingga suasana danau begitu sangat tenang.
Di sebuah bangku yang terletak di pinggir danau mereka duduk. Suara Ryan memecah suasan keheningan. "Fin...."
"Ya?" Jawab Fina yang duduk bersandar di bahunya.
"Aku sayang kamu. Aku mau kita begini sampai kita menikah..." Tiba-tiba Ryan teringat umurnya yang tinggal beberapa hari lagi "...eh? Pokoknya sampai ajal memisahkan kita." Kata Ryan sambil membelai rambut Fina yang terurai panjang.
"Aku juga sayang kamu Yan. Aku juga gak mau kita berpisah. Kamu kenapa kok tiba-tiba ngomong gitu sih?" Tanya Fina kepada pacarnya. Tapi Ryan tak menjawab pertanyaan tersebut. Dia memalingkan wajahnya ke arah Fina dan menatap dalam matanya. Kemudian Ryan mencium kening Fina.
Setelah itu Ryan pulang mengantarkan Fina pulang. Ketika di depan rumah Fina, Ryan menggenggam tangan Fina sebelum pacarnya itu turun dari mobil. "Fin, aku mau cerita sesuatu sama kamu dulu. Ini penting bagi kita berdua dan semuanya."
"Cerita apa?" Tanya Fina.
"Aku terjangkit tumor otak. Umurku tinggal beberapa hari lagi." Jawab Ryan sambil menyerahkan surat keparat itu.
Fina mengambil dan membuka surat itu lalu membacanya. Tanpa disadarinya air mata Fina sudah meleleh membasahi pipinya. Ryan mengusap air mata yang menetes itu.
"Tapi...tapi kenapa harus kamu Yan? Jadi gimana sama hubungan kita Yan? Apa kita akan berhenti samapai setelah kamu tiada? Bagaimana dengan mimpi yang selama ini kita sudah rencanakan. Kita akan menikah, punya anak, dan....." Kata-kata Fina terpotong oleh sebuah kecupan ciuman yang mendarat di bibirnya.
Ryan baru saja mencium Fina. Dan itu menjadi ciuman pertama mereka selama ini.
"Itu yang bisa buat kamu berhenti bicara. Fina sayang, aku sayang kamu. Kamu gak usah khawatir aku gak akan ninggalin kamu. Ragaku saja yang akan pergi, tapi hatiku masih tersimpan dihatimu Fin. Tentang mimpi-mimpi kita? Kamu bisa wujudkannya meski bukan sama aku. Au yakin kamu akan mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari aku untuk masa depanmu Fin." Suasana hening sejenak. Kemudian Ryan mengambil bingkisan dari dashboard mobilnya. Kemudian Ryan mengeluarkan sebuah kalung berlian dan memakaikannya kepada Fina.
"Fin kalung ini mungkin bisa menghilangkan rasa rindumu ke aku nanti. Anggap saja setiap kamu melihat kalung ini aku ada di dalamnya. Fina aku sayang kamu." Kata Ryan kalem.
Fina hanya terisak tangis sebelum akhirnya membanting surat keterangan rumah sakit itu dan mengatakan, "Aku benci sama keadaan ini."
Fina turun dan membanting pintu mobil Ryan. Kemudian Ryan juga turun berusaha mengejar Fina yang masuk ke rumah tapi pintu pagar sudah tertutup rapat.
"Fina.....Fina..... Aku juga gak mau dengan datangnya keadaan ini. Tapi ini adalah sebuah fakta yang harus kita hadapi. Dunia memang kejam Fin. Itulah alasanku aku memilihmu. Karena kamu selalu mempercantik duniaku. Kamu membuatnya tidak terlihat kejam tapi indah. Finaaaaa! Aku sayang kamu." Teriak Ryan dari luar pagarnya.
Fina hanya melihat Ryan dari jendela kamarnya sambil menangis. Fina masih belum bisa menerima kenyataan ini. Tak berapa lama hujan turun dengan derasnya. Ryan kehujanan di depan pagar rumah Fina. Tapi tak berapa lama Ryan menacap gas mobilnya pulang.
Setelah sampai di rumah Ryan buru-buru mengeringkan tubuhnya. Dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Dia mengambil sebuah kamera kesayangannya itu dan melihat-lihat foto yang ada di dalamnya. Kemudian Ryan memprint foto terbagusnya bersama Fina besar-besar. Ryan menempelkan foto itu pada dinding kamarnya. Dan menuliskan sebuah surat yang ditujukan kepada Fina.
Pada malam harinya Ryan mencoba menghubungi Fina, tapi Fina selalu mereject panggilannya itu. Pesan singkat yang dikirimnya juga gak di bales oleh Fina. Semenjak kejadian itu Fina jadi berubah. Dan semenjak itu juga Ryan tidak pernah pergi ke sekolah lagi. Dia lebih memilih menikmati masa-masa terakhirnya dengan jalan-jalan.
Pagi hari ketika di sekolah Ryan sedang berlangsung pelajaran, tiba-tiba orang tua Ryan datang dan meminta guru yang sedang mengajarnya memanggilkannya Fina. Kemudian Fina dipanggil. Dan keluar bersama Orang tua Ryan. Orang tua Ryan memberitahu Fina bahwa Ryan telah dimakamkan di suatu pemakaman yang ada di Jakarta Selatan. Orang tua Ryan memberikan amplop putih yang ditulis Ryan tempo hari untuk Fina. Setelah itu Orang tua Ryan pulang. Fina yang tak kuasa menerima semuanya terkulai jatuh ke lantai dan menangis sejadi-jadinya.
Fina kembali ke kelas dengan buru-buru dan segera cabut ke makam Ryan sendirian.
Sampai di makam Fina membuka surat tadi. Ternyata isinya:
Dear Fina
Fina aku minta maaf karena udah ninggalin kamu lebih cepat dari dugaan kita
Tapi, percayalah aku akan selalu menyayangimu
Aku akan selalu melihatmu dari atas awan nanti
Dan aku yakin kamu adalah yang terindah yang pernah kumiliki
Fina,
Thanks ya, ciuman itu ciuman pertamaku
Aku akan selalu mengenangnya bersama kenangan kita yang lain
Thanks juga kamu udah selalu mengisi hari-hariku
Kamu memeberikan warna pada hidupku, sehingga hidupku tidak membosankan
Tapi, aku minta maaf
Aku harus meninggalkanmu lebih cepat
Fina jaga diri baik-baik ya? Kita akan bertemu lagi nanti
Percayalah Fin kamu adalah miliku yang terakhir dan yang terindah
Ryan
Dua minggu kemudian. Seluruh warga sekolah melayat di rumah Fina.Fina ditemukan gantung diri di kamarnya dan ditemukan kalung pemberian Ryan. Dan tertulis surat yang mengatakan:
Ryan aku bersamamu sekarang. Cinta kita akan abadi.
-TAMAT-
hikshiks.. apik pak, bikinan mu yo?
ReplyDeleteojo mewek bu' hehehe iyo tadi inspirasi dari novelnya lulu
ReplyDelete