1 May 2011

Tinta Merah Berdarah

*Cerita berikut hanyalah cerita fiksi. Jika ada kesamaan nama, tempat, itu hanya unsur ketidak sengajaan*



"Gue gak akan pernah menyesal dengan apa yang udah gue lakuin!" Ujar Jo dengan mengeraskan rahangnya.

Josh atau yang biasa dipanggil Jo adalah sesosok cowok yang misterius. Kehidupannya serba individual, di sekolah dia lebih senang memilih membaca buku ketika istirahat dan langsung menghilang setelah bel pulang dibunyikan. Dari segi penampilan Jo terbilang hanya biasa-biasa saja, simple. Kehidupannya sungguh sangat berbeda dengan anak-anak remaja seusianya. 

Jo sering dianggap remeh oleh teman-temannya, dia sering dicaci-maki oleh teman-temannya. Namun, Jo tidak menghiraukan hal bodoh semacam itu. Dipikirannya masih ada hal yang jauh lebih penting daripada mengurusi hal bodoh macam itu. 

Sikap misterius Jo ini malah membuat cewek-cewek di sekolahnya penasaran dan mencoba untuk mendekati Jo. Tapi, tentunya gak semua cewek. Jika dilihat dari segi fisik, Jo memiliki wajah tampan tapi straight face, tubuh tegap berisi, pokoknya bagaikan seorang model el-men. 

Suatu hari ada seorang siswi pindahan dari Bandung. Namanya Adhila. Kini Adhila menjadi teman sekelas Jo dan duduk semeja dengan Jo. Jam istirahat sedang berlangsung, 

"Hey. Siapa namamu? Aku Dhila." Kata Dhila ramah. 
"Gue udah tau kok. Lo tadi udah ngenalin diri di depan kelas. Gue Jo." Jawabnya datar dengan tatapan masih membaca tulisan-tulisan di bukunya. 
"Oh iya ya. Hehehe maaf." 
Tidak ada jawaban apapun dari Jo. 

Satu bulan sudah Dhila semeja dengan cowok misterius bernama Jo, namun Dhila masih belum mengenal siapa orang di sampingnya itu. Karena merasa penasaran Dhila mulai untuk membuntuti Jo setelah pulang sekolah untuk mencari tahu informasi tentang Jo. 

Besoknya sepulang sekolah, Dhila langsung mengikuti kemana Jo melangkahkan kakinya. Jo berjalan dengan sangat tergesa-gesa melewati jalanan setapak yang kanan-kirinya ditumbuhi rumput liar. Tiba-tiba dari kejauhan Dhila melihat Jo memasuki sebuah rumah tua. Dhila terus mengamati rumah itu dari kejauhan, tiba-tiba Jo keluar dari rumah itu dengan pakaian serba hitam. Mata Jo dari jauh terlihat menjadi merah. Setelah merasa aman, Dhila mencoba untuk memasuki rumah tua itu. 

Ketika memasuki rumah itu Dhila terkejut melihat dinding-dinding rumah itu. Dinding hitam seperti bekas kebakaran dengan tulisan-tulisan aneh merah. Ketika Dhila memasuki rumah itu dan mendekati satu per satu tulisan yang terdapat di dinding-dinding dan terciumlah bau amis. Bau darah. Dhila masih belum mengerti apa maksud dari semua ini. Dia melangkahkan kakinya menuju ruangan berikutnya. 

Ketika memasuki ruangan itu Dhila sangat terkejut melihat dua buah peti mati. Yang satu tidak berisi yang satu lagi berisi gaun pengantin. Dhila tambah bingung dengan semua teka-teki ini. Kemudian dia melangkahkan kakunya lagi menuju ruangan berikutnya. 

Di ruangan ini Dhila hanya melihat sebuah buku hitam yang terletak di atas sebuah meja yang dipenuhi oleh jaring-jaring laba-laba dan penuh dengan debu. Dhila memberanikan diri untuk membuka buku itu. Ketika membuka buku itu semua tulisan berwarna merah. Buku itu lebih terlihat seperti buku nikah. Namun, tulisan yang ada di dalamnya berwarna merah dan ditulis tangan dengan menggunakan tinta dari darah. 

Dhila sangat ketakutan dengan semua yang telah dilihatnya, dia kemudian cepat-cepat melangkahkan kakinya. Ketika dia berlari menuju pintu keluar tiba-tiba.... 'Bukk!'
Dhila menabrak sesuatu. Ketika Dhila membuka matanya ternyata itu Jo dengan pakaian serba hitamnya dan matanya yang merah. 

"Apa yang kamu lakukan di sini!?" Tanya Jo. Tapi kali ini nada berbicaranya berbeda, kali ini suara Jo lebih berat dan lebih terdengar seperti suara iblis. 
"Mmm.... nggak kok." Jawab Dhila ketakutan sambil mencoba kembali berdiri. Ketika berdiri Dhila dan Jo sempat bertatapan mata. Mata Jo sungguh merah seperti darah. Ketika Dhila mencoba untuk menerobos lari keluar, tiba-tiba tangan Jo menggenggam pergelangan tangan Dhila. tangan Jo terasa sangat dingin, seperti tidak ada darah yang mengalir dalam tubuhnya. 
"Kamu sudah melihat semuanya dan sekarang kamu harus menjadi bagiannya!" Kata Jo kemudian melepaskan genggamannya. 

Dhila langsung lari pulang terbirit-birit. Dia baru menyadari ketika berada di dalam taksi, bahwa hari sudah gelap. Padahal tadi dia rasa hari masih terang-benerang. "Ada yang aneh ini. Ada yang aneh." Guman Dhila dalam hati. 

Esok harinya ketika Dhila melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah, Dhila melihat sesosok pria berpakaian serba hitam dan mata merah seperti Jo kemarin. Tanpa ragu Dhila menghampiri cowok misterius itu, karena Dhila sudah sangat penasaran dengan semua ini. Ketika berdiri berhadapan, 

"Ikuti aku. Aku Jo." Kata cowok berpakaian serba hitam itu. 
"Ta..tapi mau kemana?" Tanya Dhila.
Tidak ada jawaban dari Jo, dia langsung menggenggam tangan Dhila dan menuntunya berjalan menuju rumah tua yang kemarin. 

Setelah sampai di ruangan dengan dua peti mati, Jo berkata, "Kamu pasti penasaran dengan semua ini kan? Kalau kamu mau tahu jawaban atas semua ini, kenakan gaun pengantin itu sekarang!" Kata Jo dengan tatapan datar ke arah Dhila. 

Entah kenapa Dhila menyanggupi permintaan Jo begitu saja tanpa ragu dan tanpa bertanya apa resikonya. "Sudah... sekarang apa lagi?" Kata Dhila yang sekarang sudah menggunakan gaun pengantin putih yang begitu anggun. 

Jo menggenggam tangan Dhila dan mengangkatnya hingga tangan Dhila kini lurus ke depan. Tiba-tiba Jo mengambil belati hitam dingin, dan menggoreskannya ke pergelangan tangan Dhila. "Aww.... sakit!" teriak Dhila. 

Kemudian Jo mengambil buku hitam yang seperti buku nikah itu. Jo menuliskan nama Dhila dengan darahnya dan Jo menuliskan namanya dengan darah Dhila yang masih segar. "Sekarang kamu tiduran di peti itu dan pejamkan matamu!" Kata Jo sambil membolak-balik halaman buku hitam itu dan membaca sesuatu. 

Jo dan Dhila kini berada di dalam peti dengan buku hitam berada di antara kedua peti itu. Tiba-tiba Dhila merasakan pandangannya berubah menjadi putih semua, namun tiba-tiba asap putih itu memudar dan menjadi suatu gambaran masa lalu dan Dhila berdiri ditengah-tengah orang yang sedang berkumpul menyaksikan sesuatu. Dhila melangkahkan kakinya dan maju ke depan. Dia melihat Jo sedang berdiri di atas sebuah panggung dengan dua orang lainnya yang lebih tua. Katika orang pertama dipenggal kepalanya Jo berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Ketika orang kedua mau dipenggal juga, Jo berteriak... "Kalian sudah bunuh ayahku! Jangan bunuh lagi ibuku! Mereka tidak bersalah... Mereka hanya ingin memberitahu kalian tentang apa yang akan terjadi di negara ini berikutnya. Kalian jangan bunuh ibuku! Bunuh aku saja jika kalian mau! Aku bersumpah jika kalian membunuh ibuku, aku akan kembali dan akan membalaskan dendam ibu-ayahku! Aku akan membunuh kalian generasimu berikutnya sehingga orang-orang kejam dan keji seperti kalian tidak akan ada lagi di dunia ini!" Kata Jo sambil menangisi keadaannya sekarang. 

*Ayah Jo dulu adalah seorang peramal, dan ketika itu dia meramalkan suatu keadaan buruk akan menimpa negeri ini. Raja tidak terima dengan hasil ramalan ayah Jo, maka raja mengutus untuk menghukum mati seluruh keluarga Jo agar tidak ada lagi orang yang membuat resah negara ini.*

Ketika eksekusi selesai, tiga tubuh tanpa kepala sudah ada di atas panggung. Semua masyarakat kembali pada aktifitasnya lagi kecuali seorang kakek tua yang masih berdiri di dekat Jo. Kakek tersebut mengeluarkan kantongan berwarna coklat dan menaburkan bubuk hitam di tubuh Jo dengan membacakan sesuatu. Dhila tidak mengerti bahasa apa yang digunakan kakek itu, namun Dhila dapat mengetahui maksudnya. 

*Kamu akan hidup kembali ketika generasi penerus negeri ini sudah tidak ada yang sebaik kamu. Kamu akan kembali dengan membawa kembali kebenaran ayahmu! Kamu akan menghabisi orang bersalah yang selalu dianggap benar oleh orang salah yang lainnya. Meskipun kamu hidup dalam kesendirian, itu tidak masalah karena suatu saat akan ada orang yang bisa menemanimu sampai akhir nafasmu. Dan orang itu akan menjadi bagian dari ini juga* Maksud dari bacaan kakek tadi. 

Dhila terkejut dengan maksud dari apa yang kakek sampaikan tadi, apakah dia yang bakalan menjadi pendamping Jo. Jadi, selama ini Jo adalah makhluk jaman dulu yang hidup kembali untuk membawa kebenaran ayahnya? jadi Jo itu sebenarnya sudah meninggal? Aku nggak perca...... 

Tiba-tiba Dhila membuka matanya dan sadar bahwa tadi itu sebuah mimpi. Dhila masih berada di dalam peti. Ketika Dhila bangkit dan menengok ke peti sebelah ternyata Jo sudah tidak ada di dalamnya. Dia memutari seisi rumah dan mendengar suara air mengalir, ditengoklah sumber suara tersebut. Terlihat Jo yang sedang membersihkan pedang yang begitu panjang dan besar. Bekas-bekas darah larut bersama air yang membasahi pedang itu. Dhila menganga tidak percaya. 

"Ya aku ini sebetulnya sudah mati, namun aku hidup kembali untuk membawa kemenangan ayahku yang dulu direnggut oleh orang-orang kejam. Aku juga akan kembali bersama seseorang yang akan setia menemaniku sehingga aku tidak kesepian lagi di sana. Aku akan membunuh orang-orang yang namanya sudah aku tulis di dinding rumah ini. Nama-nama itu adalah orang yang harus aku bunuh agar negeri ini kembali tenang seperti dulu. Dan ketika semua orang yang sudah aku bunuh nanti maka akan ada satu tulisan putih yang menunjukkan nama pendampingku di dinding rumah ini." Perjelas Jo. 

*Tulisan nama-nama orang yang harus di bunuh berwarna merah darah yang memang dari darah itu akan bermunculan jika ada orang di negeri ini bersifat kejam, keji, tidak berprikemanusiaan, dan selalu membela yang salah. Dituliskan dengan darah karena untuk mengganti darah yang habis ketika keluarga Jo dieksekusi.*

*Warna putih pada dinding akan dituliskan setelah segalanya benar-benar aman. Warna putih itu untuk menggambarkan kesucian hati, sikap terpuji dan setia. Nama yang akan dituliskan adalah nama orang yang bakalan menjadi pendamping Jo.* 

"Sebaiknya kamu pulang saja Dhil... Malam ini aku akan pulang membawa darah kebenaran." Kata Jo sambil menglap pedang kebesarannya itu. 

Semenjak kejadian ini, Jo tidak pernah lagi nampak di sekolah. Guru-guru mencarinya, namun apa daya informasi tentang Jo sangatlah minim. Ini membuat para guru susah mencarinya. Beberapa siswa di sekolah yang terkenal sering menghina Jo, mencaci-maki Jo dikabarkan juga hilang. Dhila mengetahui semua yang terjadi, namun dia tetap diam untuk menjaga rahasia Jo. 

Malam bulan purnama...
Dhila duduk termenung di teras depan kamarnya. Tiba-tiba Jo berada di sebelahnya dan berkata, "Siapkan dirimu malam ini. Karena tulisan putih sudah menampakkan dirinya dan namamu yang dituliskannya. Meskipun perkenalan kita singkat sekali, namun, aku percaya kalau kamu adalah yang pantas mendampingiku." Kata Jo sambil menggandeng Dhila. 

"Tunggu Jo! Aku belum siap meninggalkan semuanya... Aku masih ingin bersama keluargaku, aku masih ingin bersama teman-temanku." Kata Dhila. 

"Sudahlah kamu ikut dulu saja. Lihat apa yang akan terjadi di sana." Kemudian Jo dan Dhila terbang ke rumah tua. Tulisan di dinding rumah itu sekarang berwarna putih dan bertuliskan 'Dhila'. 

Mereka kemudian berganti pakaian menjadi pakaian pengantin dan tidur di dalam peti dengan buku hitam berada di tengahnya kembali. Mata mereka terpejam...

Yang sekarang di rasakan Dhila lebih nyata, dia bisa merasakan udara segar dan dia bisa merasakan kehidupannya yang dulu. Namun, bedanya yang sekarang lebih tenang, lebih damai. Dan kejadian yang dahulu terulang kembali. 

Dhila pindah sekolah, satu kelas dan satu meja bersama Jo. Bedanya Jo yang sekarang lebih riang dan gak misterius. 
"Hey aku Dhila. Namamu siapa?" Kata Dhila ramah. 
"Gue udah tau kok, kan lo dulu pernah masuk dalam hidup gue. Gue Jo..." Sambil mengambil sesuatu dari dalam tasnya "Lo inget ini gak?" Jo menunjukkan buku hitam kepada Dhila, "Ini bukan mimpi dan kamu ada sekarang untuk melengkapi hidupku secara utuh." kata Jo sambil tersenyum ke arah Dhila. 

Tiba-tiba dipapan tulis tertuliskan dengan darah, 

Aku gak akan mengakhiri jika tidak ada yang memulai
By: Tinta merah berdarah

-TAMAT-

*saya sebagai penulis mohon maaf jika ada salah ketik dalam naskah cerita ini. Karena cerita ini dibuat langsung dan tanpa proses pengeditan, semoga terhibur*

No comments:

Post a Comment